Monday, August 8, 2016

Teh Manis



Segelas teh hangat manis itu sudah datang. Seorang gadis muda tampak membawa nampan sambil mengelap meja berbungkus plastik yang semenjak tadi sedikit kotor karena ceceran bumbu kacang. Pesanan sebelumnya kemungkinan besar melibatkan sepiring pecel yang dengan lahapnya dimakan oleh orang yang sedang terburu-buru, atau memang bermasalah dalam etika di meja makan. 
            Uap masih mengebul, seringkali warung-warung kopi mengartikan pesanan “teh hangat” sebagai “teh-panas-baru-selesai-direbus”. Tak apa, orang bilang memberi lebih banyak adalah sebuah bentuk cinta, iya kan?. Memesan segelas teh hangat di sebuah warung kopi pun tampak sebagai suatu anomali. Kopi dan teh tidak pernah ditakdirkan bersatu, seumur hidup, dari sesapan pertama hingga tetes terakhir, segelas teh dan secangkir kopi hanya bisa bersandingan, saling menyaksikan siapa yang akan tandas duluan. Setidaknya itulah yang kuyakini hingga kini.

Thursday, June 19, 2014

Sometimes, Just see.



Saya kadang membenci malam.
*”Saya” terdengar sebagai sesuatu yang resmi dan formal, jadi anggap saja secara resmi saya memang terkadang membenci malam, entah dimana bagian resminya pernyataan itu*.
Bisa kau bayangkan, ditengah gelap dan sunyi yang mendalam, ditengah hembusan dingin yang menusuk tulang, dihamparan cahaya artisial yang menyilaukan mata, kepalamu selalu melakukan hal-hal yang tak terduga. Isi kepalamu selalu saja berhamburan dari yang paling dalam, saat yang paling sunyi, saat itulah isi kepalamu yang kau simpan rapat dan kau ikat erat, keluar menuju permukaan.
Sebagian dari kita menyebutnya pengalaman.
Sebagian dari kita menyebutnya kenangan.
Aku tak peduli kalian masuk yang mana, semua sama saja. Saat mereka muncul, kau tak begitu punya pilihan.

Friday, January 3, 2014

Restart



   Pernahkah kau merasa harus menulis sesuatu, tapi tidak tahu kau harus menulis apa?.
                Pernahkah kau merasa harus mendengarkan lagu, tapi tidak tahu lagu apa yang kau mau?.
                Pernahkah kau merasa harus pergi, tapi tidak tahu arah mana yang kau tuju?.
                Pernahkah kau merasa harus meninggalkan,tapi tidak tahu mengapa kau melakukannya?.
                Pernahkah kau merasa harus melakukan sesuatu,tapi tidak tahu cara kau memulainya?.

                 Saat kau tersadar, kau sudah terlambat.
                 
                Saat kau tersadar, tulisanmu, lagumu, arahmu, alasanmu, tindakanmu, sudah dilakukan orang lain.

                Mereka menggantikan takdirmu.

                Takdir yang kau tinggalkan, karena kau tak juga bergerak.
                Takdir yang merasa kau campakkan, karena kau terlalu lama membuatnya menunggu.
                Takdir yang lebih memilih meninggalkanmu, seseorang tanpa kepastian.

Thursday, October 17, 2013

BANGKU TAMAN



Seorang lelaki tampak termenung di sebuah bangku taman, dia memandangi langit dengan bulan yang terlihat jelas tinggal separuhnya.  Baru beberapa saat yang lalu, dia duduk disitu, melemparkan dengan kasar tas yang begitu besar yang tadinya membebani punggungnya. Tasnya terlihat lemah tak berdaya, sementara si lelaki tampak tak peduli. Malam sudah larut, suasana juga tak lagi ramah seperti senja tadi, dingin, bahkan kau bisa meletakkan sebotol cola di air mancur ditengah taman, dan lima belas menit kemudian kau akan memiliki sebotol cola dingin dan segar. Tapi, sepertinya lelaki tak peduli dengan dingin ini, kulihat dia tak memakai pakaian layaknya orang kedinginan. Selapis baju dan celana jeans biasa. Dia memang kuat, terbiasa atau sudah mati rasa, aku tak tahu.
                Entah mengapa aku jadi memperhatikan lelaki ini, taman ini begitu sepi dan gelap tapi dia datang sendiri, tak seperti orang-orang lain yang sering kutemui, wajahnya sama sekali tidak memancarkan keceriaan seperti mereka. Ah, kenapa orang ini? Malam, gelap, dingin, sepi dan dia memilih sendirian menghabiskan waktu disini? Sepertinya dia lelaki kurang kerjaan. Kuperhatikan dia agak lama tapi tidak ada reaksi apa-apa. Hanya duduk dan melihat kearah pancuran di tengah taman. Matanya terlihat sayu, berkedip pun hanya beberapa kali dalam puluhan menit. Seperti ada yang ditarik dari tubuhnya. Aku khawatir, dia masih hidup atau sudah mati?.

Saturday, October 5, 2013

#STILL ALIVE !




   Halo masbro,mbakbro, Yak gimana kabar... Sehat? Gimana Jomblonya? Masih awet?, Oke, gue turut berduka cita~.  Sebelum gue dibakar massa AJI (Asosiasi Jomblo Interlokal), gue mau minta maaf buat keluarga LDR (Secara teori, penganut ideologi LDRisme bisa dikategorikan jomblo, buktinya tiap hari ngiri kalo liat orang mesra2an, cirinya sama), jomblo-jomblo, Korban PHP,Keluarga Gantungers (Jemuran aja digantung bisa kering, apalagi perasaan? Jadi batu tuh.), Serta anggota agensi sinetron lokal “Punya-Pacar-Tapi-Isinya-Drama-Mulu”. So Proud to you, Hidup gue (dan Temlen twitter gue) jadi gak kusut-kusut abis, kayak muka gue di akhir bulan. (ralat, gak peduli awal,tengah atau akhir muka gue emang udah kusut, cuman menjelang tanggal 30 secara ajaib kusutnya nambah satu lipat, fitur muka gue emang keren). 

Friday, August 16, 2013

SIAPA?

             Membuat seseorang menunggu.
                Menunggu seseorang yang tak layak ditunggu.
                Menikmati setiap rasa lelah dari menunggu.
                Hanya mendengar apa yang ingin didengar.
                Berusaha membenarkan sikap menyakiti hati dan perasaan demi nikmatnya kegalauan.
                Kata apa lagi yang layak, selain Egois?.
                Coba pandang sekitar, berapa banyak orang yang menciptakan realita sendiri dikepalanya?.
                Berapa banyak yang hidup dalam imajinasi berpasangan.\
Dengan orang yang bahkan tak berani kau sapa setiap pagi?.
Lalu, kau menyalahkan keadaan apabila mimpimu direnggut orang lain?.
Kata apa lagi yang layak, selain egois?.
Siapa lagi yang tenggelam dalam harapan, tapi meninggalkannya terabaikan tanpa tindakan?
Siapa yang terus menyalahkan kenangan, terlalu indah untuk dilupakan katanya.
Kalau terlalu mudah dilupakan, itu bukan kenangan, itu peristiwa yang kau anggap biasa.
Ada yang rela terjebak, terus berharap, kenangan indah bakal terulang.

Tapi banyak yang lupa, sejarah hanya terjadi satu kali.
Kalau berkali-kali, itu bukan sejarah, tapi rutinitas yang pada ujungnya, membosankan.
Banyak mempertahankan gir-gir jam yang sudah usang.
Yang tak lagi berfungsi, yang tak lagi bergerak.
Membiarkan Jarum jamnya tak lagi berjalan maju.
Waktumu terus berjalan, tapi Jam mu tak lagi bergerak kearah semestinya.
Sampai kapan jarum jam mu berjalan mundur?.
Aku dan Kau boleh terluka, tapi tetaplah jadi sesuatu yang berguna.
Karena siapa lagi yang bakal memberikan bahu untukmu, ketika menangis tersedu-sedu saat menyantap wedding cake yang salah kecuali gir-girmu yang baru?.