Friday, January 3, 2014

Restart



   Pernahkah kau merasa harus menulis sesuatu, tapi tidak tahu kau harus menulis apa?.
                Pernahkah kau merasa harus mendengarkan lagu, tapi tidak tahu lagu apa yang kau mau?.
                Pernahkah kau merasa harus pergi, tapi tidak tahu arah mana yang kau tuju?.
                Pernahkah kau merasa harus meninggalkan,tapi tidak tahu mengapa kau melakukannya?.
                Pernahkah kau merasa harus melakukan sesuatu,tapi tidak tahu cara kau memulainya?.

                 Saat kau tersadar, kau sudah terlambat.
                 
                Saat kau tersadar, tulisanmu, lagumu, arahmu, alasanmu, tindakanmu, sudah dilakukan orang lain.

                Mereka menggantikan takdirmu.

                Takdir yang kau tinggalkan, karena kau tak juga bergerak.
                Takdir yang merasa kau campakkan, karena kau terlalu lama membuatnya menunggu.
                Takdir yang lebih memilih meninggalkanmu, seseorang tanpa kepastian.

 


                Atau.
                Memang itu bukan hal yang seharusnya kau lakukan.

                Tulisan yang seharusnya tak kau tulis.
                Lagu  yang seharusnya tak kau dengarkan.
                Arah yang seharusnya tak kau jelajahi.
                Alasan yang seharusnya tak kau ungkapkan.
                Tindakan yang seharusnya tak kau lakukan. 

                Aku menyebutnya sebagai Kenangan yang tak seharusnya kau rasakan.

                Tapi.
                Bagaimana bila kau terlanjur menulis?.
                Bagaimana bila kau terlanjur mendengar?.
                Bagaimana bila kau terlanjur melangkah?.
                Bagaimana bila kau terlanjur bicara?.
                Bagaimana bila kau terlanjur bertindak?.

                Karena aku tahu.
                Tak semudah itu meremas kertas lalu membuangnya.
                Tak semudah itu menutup telinga lalu menghentikannya.
                Tak semudah itu menghentikan kaki lalu berbalik arah.
                Tak semudah itu menarik ucapan lalu menggantinya.
                Tak semudah itu menyerah lalu pergi.

                Kenapa?.
                Karena kau akan merasa tulisan,lagu,ucapan,arah, alasan, tindakanmu sia-sia.
                Marah.
                Menangis.
                Menyesal.

                Kau marah pada waktu yang terbuang.
                Kau menangis pada impian yang terlepas.
                Kau menyesal pada kesalahan yang terbukti.

                Waktu bisa dihitung, tapi tak bisa kau kendalikan.
                Impian bisa dibuang, tapi tak bisa kau lupakan.
                Kesalahan bisa diperbaiki, tapi tak bisa kau lenyapkan.

                Sejauh apapun kau berlari.
                Sekencang apapun kau berteriak.
                Sekeras apapun kau berusaha.
                Selihai apapun  kau beralasan.
                Secepat apapun kau bertindak.

                Kau, ah bukan, aku.
                Sudah terlambat.

                Aku berbicara pada diriku sendiri.
                Meminta maaflah pada waktu yang kau buang.
                Meminta maaflah pada kesempatan yang kau sia-siakan.
                Meminta maaflah pada usaha yang kau abaikan.
                Meminta maaflah pada alasan yang kau besarkan.
                Meminta maaflah pada Sang Pencipta yang kau kucilkan.
                Sesekali, kubawa sebuah cermin diatas padang.

Kupandang Langit diatasku.
Lalu pantulanku dicermin.
                Kupandang mataku.
                Kupandang tubuhku.
                Kupandang tanganku.
                Kupandang kakiku.

                Berbisiklah aku kepada telingaku sendiri.
                Aku harus bisa berdiri.
                Aku harus bisa berdiri.
                Aku harus bisa beridiri.
                Kutancapkan kakiku kuat-kuat.
                Kuayunkan tanganku keras-keras.
                Kuarahkan mataku tajam-tajam.
                Dengan sekali hentakkan.
                Dan satu gumaman pelan.

                “Aku harus berlari lagi”.
               
                               

Related Posts:

1 comment: