Seorang lelaki
tampak termenung di sebuah bangku taman, dia memandangi langit dengan bulan
yang terlihat jelas tinggal separuhnya.
Baru beberapa saat yang lalu, dia duduk disitu, melemparkan dengan kasar
tas yang begitu besar yang tadinya membebani punggungnya. Tasnya terlihat lemah
tak berdaya, sementara si lelaki tampak tak peduli. Malam sudah larut, suasana
juga tak lagi ramah seperti senja tadi, dingin, bahkan kau bisa meletakkan
sebotol cola di air mancur ditengah taman, dan lima belas menit kemudian kau
akan memiliki sebotol cola dingin dan segar. Tapi, sepertinya lelaki tak peduli
dengan dingin ini, kulihat dia tak memakai pakaian layaknya orang kedinginan.
Selapis baju dan celana jeans biasa. Dia memang kuat, terbiasa atau sudah mati
rasa, aku tak tahu.
Entah
mengapa aku jadi memperhatikan lelaki ini, taman ini begitu sepi dan gelap tapi
dia datang sendiri, tak seperti orang-orang lain yang sering kutemui, wajahnya
sama sekali tidak memancarkan keceriaan seperti mereka. Ah, kenapa orang ini?
Malam, gelap, dingin, sepi dan dia memilih sendirian menghabiskan waktu disini?
Sepertinya dia lelaki kurang kerjaan. Kuperhatikan dia agak lama tapi tidak ada
reaksi apa-apa. Hanya duduk dan melihat kearah pancuran di tengah taman.
Matanya terlihat sayu, berkedip pun hanya beberapa kali dalam puluhan menit.
Seperti ada yang ditarik dari tubuhnya. Aku khawatir, dia masih hidup atau
sudah mati?.
Lelaki
ini unik, baru kali ini aku menemui seseorang yang begitu banyak menimbulkan
banyak tanya dalam benakku dalam waktu yang singkat. Sederhananya,aku tidak
pernah begitu penasaran terhadap sesuatu. Oke, ralat, beberapa mungkin aku terlihat
begitu penasaran tapi kebanyakan penasaranku hilang karena kebiasaanku seperti
ini, mengamati. Dari jauh.
Dia
mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, sebuah handphone!. Ah, hey kenapa terlihat begitu antusias? Handphone adalah
hal yang sudah terlalu biasa di era ini dan seharusnya hal itu tidak membuatku
seantusias ini. Cahaya handphone yang remang-remang menerangi wajah lelaki itu,
dipadu dengan gelap menjadikan suasana taman ini menjadi jauh lebih suram dari
beberapa saat yang lalu.
Kemudian
aku merasakan, suasana perlahan berubah. Kau mungkin tidak percaya tapi
matahari terlihat bergerak begitu cepat. Sepertinya ruang dan waktu bergeser.
Suasana yang tadi gelap gulita secara tiba-tiba menjadi terang, begitu terang.
Dia seorang penyihir atau aku yang sedang terjebak ilusi?. Ah,keren.
Sebuah
jam besar terlihat di ujung jalan, menempel pada sebuah tembok tugu. Dengan
suasana segelap tadi jam itu tidak akan kelihatan oleh siapapun. Tapi dengan
suasana seterang ini, siapapun dapat melihatnya.
Jam
6 Pagi. Oh, hey! Tidak mungkin! Tadi setidaknya sudah jam 1 malam, mengapa
tiba-tiba waktu bergerak 5 jam lebih cepat?. Apa aku sedang mabuk? Tidak,
seingatku makanan yang terakhir masuk ke mulutku tidak lain hanya sebuah
manisan yang terlalu manis, bahkan cenderung pahit. Ah, salahku tidak
berhati-hati. Kalau aku tidak sedang mabuk, lalu kenapa waktu berlari begitu
kencang dari semestinya?.
Lalu,
kulihat orang-orang mulai berdatangan, kebanyakan berdua, tapi banyak pula yang
bertiga, berempat, berlima dan seterusnya. Sebuah rutinitas yang biasa terjadi
ditaman ini. Dengan cepat kusadari sesuatu, tak pernah ada yang datang sendiri
di taman ini. Tidak pernah. Itu mengapa lelaki tadi begitu menarik perhatianku.
Dia berbeda. Dia... sendirian.
Ah,
orang berjaket merah itu lagi. Dia masih saja memakai setelan yang sama dengan
kemarin. Wanita itu juga, dia masih memakai baju kuning, setelan yang sama
dengan kemarin. Orang itu juga, Orang yang duduk di dekat pancuran itu juga
sama, dia terlihat bercengkerama dengan orang lain, wanita cantik dengan posisi
dan lokasi yang sama.
Hmmm,
eh? Tunggu, kalau pendengaranku tidak salah dan kupingku tidak bermasalah,
sepertinya mereka berbicara hal sama seperti kemarin pagi. Intonasinya, gaya
bicaranya bahkan reaksi wanita itu, semua sama. Ini sebuah kebetulan?, ah tidak
mungkin.
Oh!,
aku tersentak. Bukan waktu yang berlari lebih cepat dari semestinya. Tapi waktu
bergerak mundur dari kedudukan seharusnya. Ada apa ini?. Ini... terasa asing sekali.
Bersamaan
dengan kesadaranku, aku ingat dengan lelaki tadi-entah kata apa yang tepat
untuk menuliskannya, karena “tadi” sepertinya kurang tepat, dengan kenyataan
bahwa didepanku sekarang masa lalu sedang diputar lagi- ternyata dia masih ada
disana, masih duduk dibangku itu. Dia terlihat mengamati handphonenya, lalu
mengamati dua orang, pria dan wanita yang sedang bercengkerama di pancuran,
lurus tepat didepannya. Sepertinya tidak ada yang menyadari kehadirannya selain
aku. Aneh, ini aneh sekali.
Kemudian,
keajaiban terjadi lagi, orang-orang ditaman terlihat berjalan begitu cepat, keadaan
terlihat seperti dipercepat dari seharusnya. Lalu, tiba-tiba langit terlihat
berwarna jingga dan matahari sudah dikedudukannya disebelah barat. Sejenak aku
mengalami disorientasi keadaan, layaknya terombang-ambing dilaut tanpa
navigasi. Waktu yang senantiasa ramah, mendadak begitu kasar. Sialan.
Laki-laki
itu seperti abadi, maksudku, tak peduli seberapa jauh waktu bergeser, dia tetap
saja berada dibangku itu, tak memiliki keinginan sedikitpun berpindah. Entah
saat ini kemarin atau besok, aku sudah tak peduli. Lelaki ini, mendapat
perhatian penuhku sekarang.
Lalu,
terlihat bayangan membesar menuju taman ini. Siapapun yang melakukannya, mereka
berjalan membelakangi matahari senja. Sebuah cara yang sedikit-sensasional
menurutku. Bayangan itu ternyata bukan milik seseorang, bukan, aku tidak
berbicara hantu disini, lagipula mana ada hantu yang keluar saat senja?,
bayangan itu milik dua orang, orang-orang yang sama dengan tadi pagi. Pria itu
terlihat mengobrol dengan si wanita, seperti menawarkan sesuatu dan si wanita
terlihat mengangguk tanda setuju. Kemudian mereka duduk lagi ditempat yang
sama, di pancuran itu, didepan lelaki asing itu.
Belum
puas aku menikmati matahari senja, waktu terlihat bergeser lagi. Menjadi gelap
lagi. Ah, rupanya sudah malam lagi. Sepertinya kali ini waktu sudah mulai
melunak dan bertingkah seperti waktu yang seharusnya. Teratur.
Lelaki
itu, terlihat memandangi layar handphonenya lagi. Tak kusadari sebelumnya, mata
lelaki itu tampak berbinar. Sepertinya sejak tadi, matanya sudah seperti itu,
berbinar. Seperti lilin yang terkena percikan api. Terlihat hidup dan bercahaya
di keremangan cahaya handphone.
Ternyata,
kembali teraturnya waktu mengakibatkan aku salah memperkirakan keadaan. Hanya
berselang beberapa saat setelah kejadian barusan kulihat matahari terbit dari
arah timur. Pertanda pagi mulai menunjukan kekuasaannya.
Perlahan,
manusia-manusia kembali memenuhi taman dengan berbagai kegiatan yang hanya bisa
dilakukan bersama. Lalu, kedua orang itu datang lagi, seorang pria dan wanita
yang sama, berjalan dan duduk di pancuran yang sama, didepan lelaki asing yang
saat ini sedang kuperhatikan.
Kau
tahu apa yang terjadi?.
Kau
tahu?.
Walau
tidak ada yang menyadari, lelaki asing itu tampak tidak nyaman.
Gestur
lelaki itu, tampak tidak pas dengan binar-binar dimatanya.
Kuperhatikan
seksama...
Dia
terpejam.
Berusaha
menyembunyikan binar-binar dimatanya.
Berjalan
lurus kedepan, dia tersenyum kepada mereka.
Senyum
yang manis.
Lalu,
aku pelan-pelan masuk lagi kedalam tubuh lelaki itu...
Kupercepat
langkah...
Dan
pergi.
0 komentar:
Post a Comment