Thursday, October 17, 2013

BANGKU TAMAN



Seorang lelaki tampak termenung di sebuah bangku taman, dia memandangi langit dengan bulan yang terlihat jelas tinggal separuhnya.  Baru beberapa saat yang lalu, dia duduk disitu, melemparkan dengan kasar tas yang begitu besar yang tadinya membebani punggungnya. Tasnya terlihat lemah tak berdaya, sementara si lelaki tampak tak peduli. Malam sudah larut, suasana juga tak lagi ramah seperti senja tadi, dingin, bahkan kau bisa meletakkan sebotol cola di air mancur ditengah taman, dan lima belas menit kemudian kau akan memiliki sebotol cola dingin dan segar. Tapi, sepertinya lelaki tak peduli dengan dingin ini, kulihat dia tak memakai pakaian layaknya orang kedinginan. Selapis baju dan celana jeans biasa. Dia memang kuat, terbiasa atau sudah mati rasa, aku tak tahu.
                Entah mengapa aku jadi memperhatikan lelaki ini, taman ini begitu sepi dan gelap tapi dia datang sendiri, tak seperti orang-orang lain yang sering kutemui, wajahnya sama sekali tidak memancarkan keceriaan seperti mereka. Ah, kenapa orang ini? Malam, gelap, dingin, sepi dan dia memilih sendirian menghabiskan waktu disini? Sepertinya dia lelaki kurang kerjaan. Kuperhatikan dia agak lama tapi tidak ada reaksi apa-apa. Hanya duduk dan melihat kearah pancuran di tengah taman. Matanya terlihat sayu, berkedip pun hanya beberapa kali dalam puluhan menit. Seperti ada yang ditarik dari tubuhnya. Aku khawatir, dia masih hidup atau sudah mati?.

                Lelaki ini unik, baru kali ini aku menemui seseorang yang begitu banyak menimbulkan banyak tanya dalam benakku dalam waktu yang singkat. Sederhananya,aku tidak pernah begitu penasaran terhadap sesuatu. Oke, ralat, beberapa mungkin aku terlihat begitu penasaran tapi kebanyakan penasaranku hilang karena kebiasaanku seperti ini, mengamati. Dari jauh.
                Dia mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, sebuah handphone!. Ah, hey kenapa terlihat begitu antusias? Handphone adalah hal yang sudah terlalu biasa di era ini dan seharusnya hal itu tidak membuatku seantusias ini. Cahaya handphone yang remang-remang menerangi wajah lelaki itu, dipadu dengan gelap menjadikan suasana taman ini menjadi jauh lebih suram dari beberapa saat yang lalu.
                Kemudian aku merasakan, suasana perlahan berubah. Kau mungkin tidak percaya tapi matahari terlihat bergerak begitu cepat. Sepertinya ruang dan waktu bergeser. Suasana yang tadi gelap gulita secara tiba-tiba menjadi terang, begitu terang. Dia seorang penyihir atau aku yang sedang terjebak ilusi?. Ah,keren.
                Sebuah jam besar terlihat di ujung jalan, menempel pada sebuah tembok tugu. Dengan suasana segelap tadi jam itu tidak akan kelihatan oleh siapapun. Tapi dengan suasana seterang ini, siapapun dapat melihatnya.
                Jam 6 Pagi. Oh, hey! Tidak mungkin! Tadi setidaknya sudah jam 1 malam, mengapa tiba-tiba waktu bergerak 5 jam lebih cepat?. Apa aku sedang mabuk? Tidak, seingatku makanan yang terakhir masuk ke mulutku tidak lain hanya sebuah manisan yang terlalu manis, bahkan cenderung pahit. Ah, salahku tidak berhati-hati. Kalau aku tidak sedang mabuk, lalu kenapa waktu berlari begitu kencang dari semestinya?.
                Lalu, kulihat orang-orang mulai berdatangan, kebanyakan berdua, tapi banyak pula yang bertiga, berempat, berlima dan seterusnya. Sebuah rutinitas yang biasa terjadi ditaman ini. Dengan cepat kusadari sesuatu, tak pernah ada yang datang sendiri di taman ini. Tidak pernah. Itu mengapa lelaki tadi begitu menarik perhatianku. Dia berbeda. Dia... sendirian.
                Ah, orang berjaket merah itu lagi. Dia masih saja memakai setelan yang sama dengan kemarin. Wanita itu juga, dia masih memakai baju kuning, setelan yang sama dengan kemarin. Orang itu juga, Orang yang duduk di dekat pancuran itu juga sama, dia terlihat bercengkerama dengan orang lain, wanita cantik dengan posisi dan lokasi yang sama.
                Hmmm, eh? Tunggu, kalau pendengaranku tidak salah dan kupingku tidak bermasalah, sepertinya mereka berbicara hal sama seperti kemarin pagi. Intonasinya, gaya bicaranya bahkan reaksi wanita itu, semua sama. Ini sebuah kebetulan?, ah tidak mungkin.
                Oh!, aku tersentak. Bukan waktu yang berlari lebih cepat dari semestinya. Tapi waktu bergerak mundur dari kedudukan seharusnya.  Ada apa ini?. Ini... terasa asing sekali.
                Bersamaan dengan kesadaranku, aku ingat dengan lelaki tadi-entah kata apa yang tepat untuk menuliskannya, karena “tadi” sepertinya kurang tepat, dengan kenyataan bahwa didepanku sekarang masa lalu sedang diputar lagi- ternyata dia masih ada disana, masih duduk dibangku itu. Dia terlihat mengamati handphonenya, lalu mengamati dua orang, pria dan wanita yang sedang bercengkerama di pancuran, lurus tepat didepannya. Sepertinya tidak ada yang menyadari kehadirannya selain aku. Aneh, ini aneh sekali.
                Kemudian, keajaiban terjadi lagi, orang-orang ditaman terlihat berjalan begitu cepat, keadaan terlihat seperti dipercepat dari seharusnya. Lalu, tiba-tiba langit terlihat berwarna jingga dan matahari sudah dikedudukannya disebelah barat. Sejenak aku mengalami disorientasi keadaan, layaknya terombang-ambing dilaut tanpa navigasi. Waktu yang senantiasa ramah, mendadak begitu kasar. Sialan.
                Laki-laki itu seperti abadi, maksudku, tak peduli seberapa jauh waktu bergeser, dia tetap saja berada dibangku itu, tak memiliki keinginan sedikitpun berpindah. Entah saat ini kemarin atau besok, aku sudah tak peduli. Lelaki ini, mendapat perhatian penuhku sekarang.
                Lalu, terlihat bayangan membesar menuju taman ini. Siapapun yang melakukannya, mereka berjalan membelakangi matahari senja. Sebuah cara yang sedikit-sensasional menurutku. Bayangan itu ternyata bukan milik seseorang, bukan, aku tidak berbicara hantu disini, lagipula mana ada hantu yang keluar saat senja?, bayangan itu milik dua orang, orang-orang yang sama dengan tadi pagi. Pria itu terlihat mengobrol dengan si wanita, seperti menawarkan sesuatu dan si wanita terlihat mengangguk tanda setuju. Kemudian mereka duduk lagi ditempat yang sama, di pancuran itu, didepan lelaki asing itu.
                Belum puas aku menikmati matahari senja, waktu terlihat bergeser lagi. Menjadi gelap lagi. Ah, rupanya sudah malam lagi. Sepertinya kali ini waktu sudah mulai melunak dan bertingkah seperti waktu yang seharusnya. Teratur.
                Lelaki itu, terlihat memandangi layar handphonenya lagi. Tak kusadari sebelumnya, mata lelaki itu tampak berbinar. Sepertinya sejak tadi, matanya sudah seperti itu, berbinar. Seperti lilin yang terkena percikan api. Terlihat hidup dan bercahaya di keremangan cahaya handphone.
                Ternyata, kembali teraturnya waktu mengakibatkan aku salah memperkirakan keadaan. Hanya berselang beberapa saat setelah kejadian barusan kulihat matahari terbit dari arah timur. Pertanda pagi mulai menunjukan kekuasaannya.
                Perlahan, manusia-manusia kembali memenuhi taman dengan berbagai kegiatan yang hanya bisa dilakukan bersama. Lalu, kedua orang itu datang lagi, seorang pria dan wanita yang sama, berjalan dan duduk di pancuran yang sama, didepan lelaki asing yang saat ini sedang kuperhatikan.
                Kau tahu apa yang terjadi?.
                Kau tahu?.
                Walau tidak ada yang menyadari, lelaki asing itu tampak tidak nyaman.
                Gestur lelaki itu, tampak tidak pas dengan binar-binar dimatanya.
                Kuperhatikan seksama...
                Dia terpejam.
                Berusaha menyembunyikan binar-binar dimatanya.  
                Berjalan lurus kedepan, dia tersenyum kepada mereka.
                Senyum yang manis.
                Lalu, aku pelan-pelan masuk lagi kedalam tubuh lelaki itu...
                Kupercepat langkah...
                Dan pergi.  
               
                 
                 

Related Posts:

0 komentar:

Post a Comment